Jumlah Penolak MR, SDIT Tertinggi

KOTA PEKALONGAN– Cakupan kampanye imunisasi Measles Rubella (MR) di Kota Pekalongan hingga 10 hari pelaksanaan, tercatat sudah hampir menyentuh angka 50% dari sasaran sebanyak 79.240 anak usia 9 bulan hingga kurang dari 15 tahun.

Namun meski cakupan sudah terbilang tinggi, tercatat masih ada sejumlah orang tua yang menolak anaknya diberikan imunisasi MR, walaupun jumlahnya tak signifikan.

Dari data Dinas Kesehatan Kota Pekalongan, cakupan imunisasi MR di setiap sekolah sudah lebih dari 90 hingga 95 persen. Artinya, hanya ada sekitar lima persen anak yang belum mendapatkan imunisasi di setiap sekolah.

Dari lima persen anak yang belum diimunisasi di sekolah, sebagian diantaranya hanya menunda karena beberapa kondisi tertentu, seperti sakit.

Sedangkan orang tua yang menolak, jumlahnya rata-rata diperkirakan hanya satu dua anak. Kecuali di beberapa sekolah yang memang jumlah penolakannya cukup tinggi salah satunya di SDIT yang tercatat mencapai 10 anak, dan di SD Muhammadiyah 2 Bendan yang mencapai lima anak.

Kepala Dinkes Kota Pekalongan, Slamet Budiyanto mengatakan, memang masih didapati sejumlah orang tua yang menolak anaknya diberikan imunisasi. Namun ia menegaskan, penolakan bukan dilakukan oleh sekolah melainkan individu.

“Alasannya beragam, ada yang menyatakan kalau sakit sudah takdir, kemudian sudah kebal dari bayi karena sudah diberikan ASI eksklusif hingga keyakinan bahwa imunisasi mengandung bahan yang tidak halal,” jelasnya, Jumat (11/8).

Dua sekolah tersebut, dikatakannya hanya sampel dari beberapa puskesmas. Slamet Budiyanto meyakini, di setiap puskesmas ada kantong-kantong sekolah yang menolak imunisasi MR. “Di setiap wilayah puskesmas pasti ada kantong-kantong yang menolak diberikan imunisasi. Tapi memang rata-rata hanya satu dua per sekolahnya,” katanya lagi.

Bagi orang tua yang menolak, ia menyatakan bahwa Dinkes akan tetap berupaya mengajak secara persuasif agar mereka memperbolehkan sang anak diberikan imunisasi. Salah satunya dengan menggandeng Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Pekalongan. Mereka yang menolak, akan terlebih dulu dicatat dan dilihat latar belakangnya. Kemudian Dinkes akan mengajak FKUB yang menaungi berbagai organisasi untuk melakukan advokasi. “Nanti dilihat mereka yang menolak latar belakangnya apa, dari organisasi mana. Kami akan meminta FKUB mengajak pimpinan organisasi tersebut untuk mengadvokasi dan mengajak secara baik-baik kepada yang bersangkutan. Memang untuk yang seperti ini harus diajak dengan pelan-pelan, dengan persuasif, diberikan pengertian dan penjelasan,” tuturnya.

Tetapi untuk saat ini, Dinkes akan terlebih dulu fokus menyelesaikan imunisasi terhadap anak-anak sesuai dengan target awal hingga September mendatang. “Kami akan fokus untuk menyelesaikan dulu, setelah itu baru akan dilakukan sweeping bagi yang belum karena menunda, serta bagi mereka yang menolak,” tambah Slamet Budiyanto.

Ia melanjutkan, sebanyak 79.240 sasaran imunisasi MR di Kota Pekalongan, tersebar di 882 pos yakni posyandu sebanyak 410 pos, sekolah TK dan PAUD 239 pos, SD/MI 147 pos dan SMP/MTs 37 pos.

Sementara untuk sebaran dilihat dari jumlah anak, tercatat untuk posyandu terdapat 20.441 anak, TK dan PAUD ada 12.221 anak, SD/MI ada 32.501 anak, dan SMP/MTs ada 16.261 anak.

Untuk tenaga pelaksana, Dinkes menyiapkan 2.050 kader yang akan bergerak bersama guru UKS dari SD hingga SMP, dan 119 tenaga medis dari puskesmas untuk melakukan imunisasi kepada 79.240 sasaran.

Pelaksanaan pada bulan Agustus, akan terlebih dulu menyasar sekolah-sekolah dari TK/PAUD hingga SMP. Sedangkan bulan September, sasarannya untuk anak berusia kurang dari 7 tahun yang ada di Posyandu, Puskesmas, maupun sarana pelayanan kesehatan lainnya. (nul)

 

(sumber : Radar Pekalongan, 12-08-2017)